A. Pengertian Dismenorhoe
Dismenorhoe merupakan salah satu keluhan
ginekologi yang paling umum pada wanita dan hampir semua wanita
mengalami sensasi tidak nyaman selama haid, rasa tidak enak di perut
bagian bawah, punggung bawah bahkan sampai paha. Nyeri ini timbul
bersamaan dengan haid, sebelum haid atau bisa juga segera setelah haid
(widjajanto, 1999). Manuaba (2001) mendifinisikan dismenorhoe sebagai
sakit atau nyeri yang dirasakan saat menstruasi yang mengakibatkan
aktifitas sehari- hari menjadi terganggu.
B. Pembagian Dismenorhoe
Menurut Syaifudin (1999), dismenorhoe dibagi menjadi:
1. Dismenorhoe primer
Dismenorhoe
primer adalah rasa nyeri haid yang dijumpai tanpa adanya kelainan pada
alat reproduksi yang nyata. Dismenorhoe primer terjadi beberapa waktu
setelah menarche, biasanya setelah 12 bulan. Pada siklus haid bulan-
bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoir yang tidak
disertai rasa nyeri. Rasa nyeri timbul sebelumnya atau beberapa jam.
Sifat rasa nyeri adalah berjangkit- jangkit, biasanya terbatas pada
perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha.
Bersamaan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala,
diare, iritabilitas, dan sebagainya. Pembagian klinis dismenorhoe
(Manuaba, 1999) yaitu:
a. Ringan : Berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-hari.
b. Sedang : Diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerja.
c. Berat : Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai rasa sakit kepala, pinggang, diare dan rasa tertekan.
2. Dismenorhoe sekunder
Dismenorhoe
sekunder disebabkan oleh penyebab organik yang bisa didentifikasi.
Dismenorhoe bisa disebabkan oleh adenomiosis, polip, endometriosis, atau
infeksi.
C. Penyebab Dismenorhoe
Menurut Wiknjosastro (1999), beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenorhoe primer, antara lain:
1. Faktor kejiwaan
Pada
gadis yang secara emosional tidak stabil mudah timbul dismenorhoe.
Apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses
haid.
2. Faktor konstitusi
Faktor ini erat hubungannya dengan
faktor tersebut di atas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa
nyeri. Faktor - faktor ini seperti anemia, penyakit menular, dan
sebagainya.
3. Faktor obstruksi kanalis servikalis
Salah satu
teori paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenorhoe primer adalah
stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap
sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenorhoe.
4. Faktor endokrin
Pada
mulanya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorhoe primer
disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin
mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktifitas otot usus
(Winkjosastro, 1999) menyatakan bahwa endometrium dalam fase sekresi
memproduksi prostaglandin yang menyebabkan kontraksi otot- otot polos.
Jika jumlah prostaglandin yang berlebihan dilepaskan dalam peredaran
darah, maka selain dismenorhoe, dijumpai pula efek umum seperti diare,
nausea, muntah.
5. Faktor Alergi
Teori ini dikemukakan setelah
memperhatinkan adanya asosiasi antara dismenorhoe dengan urtikaria,
migraine, atau asma bronkhiale.
D. Upaya penanganan dismenorhoe
Upaya
penanganan merupakan suatu cara atau ikhtiar yang dilakukan oleh
seseorang untuk mengatasi atau menangani suatu persoalan atau masalah
(Poerwadarminta,2000). Upaya penanganan keadaan dismenorhoe
(Syaifudin,1999 ), yaitu:
1. Pola hidup sehat
Dimana dengan
menerapkan pola hidup sehat dapat membantu dalam upaya menangani
gangguan menstruasi khususnya dismenorhoe, yang termasuk dalam pola
hidup sehat yaitu olah raga secara teratur, mempertahankan diit seimbang
seperti buah, sayuran hijau, kacang-kacangan. daging serta menerapkan
istirahat yang cukup.
2. Pemberian obat analgetik
Dewasa ini
banyak beredar obat- obat analgetik yang dapat diberikan sebagai terapi
simptomatik, jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat
tidur.
3. Terapi hormonal
Mempunyai tujuan terapi hormonal ialah
untuk menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud
membukakan bahwa gangguan benar- benar dismenorhoe primer atau untuk
memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid
tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu
jenis pil kombinasi kontrasepsi.
4. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
Memegang
peranan yang semakin penting terhadap dismenorhoe primer termasuk di
indometasin, ibuprofein, dan naproksen. Kurang lebih 70% penderita dapat
disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan
diberikan sebelum haid mulai 1 sampai 5 hari sebelum haid dan pada hari
pertama haid.
Selain cara di atas, ada beberapa cara pengobatan yang
biasa dilakukan untuk menghilangkan atau membantu mengurangi nyeri haid
yang mengganggu yaitu:
1. Saat nyeri datang, mengkompres dengan menggunakan air hangat di daerah perut bagian bawah.
2.
Meningkatkan taraf kesehatan untuk mengurangi sensitivikasi terhadap
nyeri, misalnya dengan olah raga secara teratur untuk meningkatkan
hormone endorphin yang berperan sebagai natural pain killer. Bisa juga
dengan menyediakan waktu untuk istirahat agar tubuh tidak terlalu rentan
terhadap nyeri.
3. Apabila nyeri cukup mengganggu dapat
mengkonsumsi obat- obatan analgetik yang dijual secara bebas tetapi
harus memperhatikan efek samping terhadap lambung.
4. Apabila
dismenorhoe sangat mengganggu aktivitas atau jika nyeri muncul saat usia
dewasa dan sebelumnya tidak pernah merasakannya, maka harus pergi ke
dokter untuk mendapatkan pertolongan, jika yang terjadi adalah
dismenorhoe sekunder
0 komentar:
Posting Komentar