LETAK LINTANG
A. Pengertian Letak Lintang
Letak Lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam
uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada
sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada
kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung
janin dapat berada di depan (dorsoanterior), di belakang
(dorsoposterior), di atas (dorsosuperior), atau di bawah
(dorsoinferior).(Hanifa Wiknjosastro,dkk.1992)
Letak lintang adalah bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu
menyilang ibu secara tegak lurus atau mendekati 90 derajat. Jika sudut
yang dibentuk kedua sumbu ini tajam disebut oblique lie, yang terdiri
dari deviated head presentation (letak kepla mengolak) dan deviated
breech presentation (letak bokong mengolak). Karena biasanya yang paling
rendah adalah bahu, maka dalam hal ini disebut juga shoulder
presentation.(Rustam mochtar.1998)
- Menurut letak kepala terbagi atas:
a). Letak lintang I : kepala di kiri
b). Letak lintang II : kepala di kanan
- Menurut posisi punggung terbagi atas:
a). Dorso anterior (di depan)
b). Dorso posterior (di belakang)
c). Dorso superior (di atas)
d). Dorso inferior (di bawah)
B. Etiologi
Sebab terpenting terjadinya letak lintang adalah multiparitas disertai
dinding uterus dan perut lembek. Pada kehamilan prematur, hidramnion dan
kehamilan kembar, janin sering dijumpai dalam letak lintang.
Keadaan-keadaan lain yang dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam
rongga panggul seperti misalnya panggul sempit, tumor di daerah panggul
dan plasenta previa dan pula mengakibatkan terjadinya letak lintang
tersebut. Demikian pula kelainan bentuk rahim, seperti misalnya uterus
arkuatus atau uterus subseptus, juga merupakan penyebab terjadinya letak
lintang.(Hanifa Wiknjosastro,dkk.1992)
Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai
faktor, sering pula penyebabnya tetap merupakan suatu misteri.
Faktor-faktor tersebut adalah:
- Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus, anaensefalus, plasenta previa, dan tumor-tumor pelvis
- Janin sudah bergerak pada hidramnio, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati.
- Gemeli (kehamilan ganda)
- Kelainan uterus seperti arkuatus, bikornus, atau septum
- Lumbar skoliosis
- Monster
- Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang penuh.(Rustam mochtar.1998)
C. Diagnosis
Adanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya dengan inspeksi.
Uterus tampak lebih melebar dan fundus uteri lebih rendah tidak sesuai
dengan umur kehamilannya. Pada palpasi fundus uteri kosong, kepala janin
berada di samping, dan di atas simfisis juga kosong, kecuali bila sudah
turun ke dalam panggul. Denyut jantung janin ditemukan di sekitar
umbilikus. Apabila bahu sudah masuk ke dalam panggul, pada pemeriksaan
dalam dapat diraba bahu dan tulang-tulang iga. Bila ketiak dapat diraba,
arah menutupnya menunjukkan letak dimana kepala janin berada. Kalau
ketiak menutup ke kiri, kepala di sebelah kiri, sebaliknya kalau ketiak
menutup ke kanan, kepala berada disebelah kanan. Punggung dapat
ditentukan dengan terabanya skapula dan ruas tulang belakang, sedangkan
dada dengan terabanya klavikula. Kadang-kadang dapat pula diraba tali
pusat yang menumbung.(Hanifa Wiknjosastro,dkk.1992)
Diagnosis letak lintang janin diantaranya:
1. Inspeksi
Perut membuncit ke samping
2. Palpasi
- Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
- Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk dalam p.a.p.
- Kepala (ballotement) teraba di kanan atau kiri
3. Auskultasi
DJJ setinggi pusat kanan atau kiri.
4. Pemeriksaan dalam (VT)
- Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba
tangan.Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan cara dengan
bersalaman.
- Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup di kiri.
- Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula letak dada dengan klavikula.
- Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan
ketuban intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
5. Foto Rontgen
Tampak janin dengan letak lintang.(Rustam mochtar.1998)
D. Mekanisme Persalinan
Pada letak dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak
dapat terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa
pertolongan, akan menyebabkan kematian janin dan ruptura uteri. Bahu
masuk ke dalam panggul, sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu
dan bagian-bagian tubuh lainnya. Janin tidak dapat turun lebih lanjut
dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha untuk mengeluarkan segmen
uterus berkontraksi dan beretraksi dan sedangkan segmen bawah uterus
melebar serta menipi, sehingga batas antara dua bagian itu makin lama
makaian tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologik. Keadaan
demikian dinamakan letak lintang kasep, sedangkan janin akan meninggal.
Bila tidak segera dilakukan pertolongan, akan terjadi ruptura uteri,
sehingga janin yang meninggal sebagian atau seluruhnya keluar dari
uterus dan masuk ke dalam rongga perut. Ibu berada dalam keadaan sangat
berbahaya akibat perdarahan dan infeksi, dan sering kali meninggal pula.
Kalau janin kecil, sudah mati dan menjadi lembek, kadang-kadang
persalian dapat berlangsung spontan. Janin lahir dalam keadaan terlipat
melalui janin lahir (konduplikasio korpore) atau lahir dengan evolusio
spontanea menurut cara Denman atau Douglas. Pada cara Denman bahu
tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah tulang
belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul
dan lahir, kemudian disusul badan bagian atas dan kepala. Pada cara
Douglas bahu bmasuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh
bokong dan kaki, sehingga bahi, bokong dan kaki lahir, selanjutnya
disusul lahirnya kepala. Dua cara tersebut merupakan variasi suatu
mekanisme lahirnya janin dalam letak lintang, akibat fleksi lateral yang
maksimal dari tubuh janin. .(Hanifa Wiknjosastro,dkk.1992)
Anak normal yang cukup bulan tidak mungkin lahir secara spontan dalam
letak lintang. Janin hanya dapat lahir spontan, bila kecil (prematur),
sudah mati dan menjadi lembek, atau bila panggul luas. Beberapa cara
janin lahir spontan:
1. Evolutio Spontanea
a). Menurut Denman
Setelah bahu lahir kemudian diikuti bokong, perut, dada, dan akhirnya kepala.
b). Menurut Douglas
Bahu diikuti oleh dada, perut, bokong, dan akhirnya dada.
2. Conduplicatio corpore
Kepala perut berlipat bersama-sama lahir memasuki panggul. Kadang-kadang
oleh karena his, letak lintang berubah spontan mengambil bangun semula
dari uterus menjadi leta membujur, kepala atau bokong, namun hal ini
jarang sekali terjadi. Kalau letak lintang dibiarkan, maka bahu akan
masuk ke dalam rongga panggul, turun makin lama makin dalam sampai
rongga panggul terisi seluruhnya oleh badan janin. Bagian korpus uteri
mengecil sedang SBR meregang. Hali ini disebut letak lintang kasep
(Neglected Tranverse Lie).
Adanya letak lintang kasep dapat diketahui bila ada ruptura uteri
mengancam; bila tangan dimasukkan ke dalam kavum uteri terjepit antara
janin dan panggul serta dengan narkosa yang dalam tetap sulit merubah
letak janin. Bila tidak cepat diberikan pertolongan, akan terjadi
ruptura uteri dan janin sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam rongga
perut. Pada letak lintang biasanya:
• Ketuban cepat pecah
• Pembukaan lambat jalannya
• Partus jadi lebih lama
• Tangan menumbung (20-50%)
• Tali pusat menumbung (10%).(Rustam mochtar.1998)
E. Prognosis
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi
kelaina-kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya
panggul sempit , tumor panggul dan plasenta previa masih dapat
menimbulkan kesulitan pada persalinan. Persalinan letak lintang
memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang di
samping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptura uteri,
juga sering akibat tali pusat menumbung serta trauma akibat versi
ekstraksi untuk melahirkan janin. Versi ekstraksi ini dahulu merupakan
tindakan yang sering dilakukan, karena besarnya trauma baik terhadap
janin maupun ibu, seperti misalnya terjadi rupture uteri dan robekan
jalan lahir lainnya. .(Hanifa Wiknjosastro,dkk.1992)
Prognosis letak lintang diantaranya:
1. Bagi ibu
Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri baik spontan, atau sewaktu
versi dan ekstraksi . Partus lama, ketuban pecah dini dengan demikian
mudah dapat infeksi intrapartum.
2. Bagi janin
Angka kematian tinggi (25-40%), yang dapat disebabkan oleh:
- Prolapsus funiculi
- Trauma partus
- Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
- Ketuban pecah dini.(Rustam mochtar.1998)
F. Penanganan
Bila sudah ketahuan sungsang atau melintang, ibu hamil dapat melakukan
beberapa usaha untuk membuat letak janinnya normal meskipun kemungkinan
berahasilnya kurang dari 60 %. Cara tersebut antara lain :
- Ibu hamil agar rajin menungging
- bisa dengan mengepel lantai
- dianjurkan untuk melakukan posisi bersujud (knee chest position),
dengan posisi perut seakan-akan menggantung ke bawah. Cara ini harus
rutin dilakukan setiap hari sebanyak 2 kali, misalnya pagi dan sore.
Masing-masing selama 10 menit. Bila posisi ini dilakukan dengan baik dan
teratur, kemungkinan besar bayi yang sungsang dapat kembali ke posisi
normal. Kemungkinan janin akan kembali ke posisi normal, berkisar
sekitar 92 persen. Dan posisi bersujud ini tidak berbahaya karena secara
alamiah memberi ruangan pada bayi untuk berputar kembali ke posisi
normal.
- Begitu juga saran agar si ibu memakai korset atau semacam celana
bersepeda nan ketat guna mempertahankan letak janin yang sudah kembali
normal.
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya
diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum
melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada tidaknya
panggul sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta previa, sebab dapat
membahayakan janin dan meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan
memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan
menggunakan korset, dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk
menilai letak janin. Ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada
permulaan persalinan, sehingga bila terjadi perubahan letak, segera
dapat ditentukan diagnosis dan penanganannya. Pada permulaan persalianan
masih dapat diusahakan mengubah letak janin menjadi presentasi kepala
asalkan pembukaan masih kurang dari empat sentimeter (< 4 cm) dan
ketuban belum pecah. Pada seorang primigravida bila versi luar tidak
berhasil, sebaiknya segera dilakukan seksio seksaria. Sikap ini
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1. bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik,
sehingga pada seorang primigravida kala I menjadi lama dan pembukaan
serviks sukar menjadi lengkap
2. karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin
pada waktu his, maka lebih sering terjadi pecah ketuban sebelum
pembukaan serviks sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya prolapsus
funikuli
3. pada primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan.
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung pada
beberapa faktor. Apabila riwayat obstetrik wanita yang bersangkutan
baik, tidak didapatkan kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa
besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan serviks lengkap untuk
kemudian melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan
supaya ketuban tetap utuh dan melarang wanita tersebut bangun atau
meneran. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat
prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio seksarea. Jika ketuban
pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung kepada
tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan
versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesarea. Dalam
hal ini persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui
apakah pembukaaan berlangsung dengan lancar atau tidak. Versi ekstraksi
dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar apabila setelah bayi pertama
lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang. Pada letak
kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan ruptura uteri, sehingga bila
janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesarea dengan segera,
sedangkan pada janin yang sudah mati dilahirkan per vaginam dengan
dekapitasi.(Hanifa Wiknjosastro,dkk.1992)
Penanganan letak lintang dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a). Sewaktu hamil
Usahakan jadi letak membujur (kepala atau bokong) dengan melakukan
versi luar pada primi dengan usia kehamilan 34 minggu, atau multi pada
kehamilan 36 minggu.
b). Sewaktu partus
Janin dapat dilahirkan dengan cara pervaginam, yaitu dengan versi dan
ekstraksi, atau embriotomi (dekapitasi eviserasi) bila janin sudah
meninggal; atau perabdominam; seksio sesarea.
c). Tingkat pertolongan
1) Bila ketuban belum pecah
- Pembukaan 5 cm : versi luar
- Pembukaan 5 cm :tunggu sampai hampir lengkap ketuban dipecahkan.
2) Bila ketuban pecah
- Bila ketuban sudah pecah dan pembukaan lengkap : versi dan ekstraksi
- Lama pecah : seksio sesarea
- Letak lintang kasep dan anak hidup : seksio sesarea
- Letak lintang kasep dan anak mati: laparotomi, atau kalau fasilitas kurang, embriotomi secara hati-hati
Menurut Eastmant dan Greenhill, penanganan letak lintang ada dua cara:
1. bila ada panggul sempit seksio sesarea adalah cara yang terbaik dalam segala letak lintang , dengan anak hidup.
2. Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio
sesarea walaupun tidak ada panggul sempit.(Rustam mochtar.1998
0 komentar:
Posting Komentar